Hari Bersama Afdal
Hari ini (Juma'at, 3 Juni 2016) aku berencana hunting foto bareng temen-temen. Tapi sepertinya aku akan mengundurnya dulu. Sebab temanku Afdal, ingin mengambil ijzahnya. Dan aku baru ingat kalau aku juga belum mengambil ijazah. Bersama aam, aku pergi ke rumah Afdal mengendarai si hitam kaRISMA (motorku).
Afdal itu temanku yang paling alim. Mungkin lebih tepatnya yang paling alim (mendadak). Semenjak kepulangannya dari tanah Jawa untuk menuntut ilmu agama, dia menjadi sosok yang tidak kami kenal. Dahulu dia selalu menemani kami jalan-jalan. Kalau ngobrol, enggak jauh-jauh deh dari topik cewek, b*k*p, gitar, lagu, dan candaan khas anak muda lainnya. Dia pandai bermain gitar dan juga suka menyanyi. Tapi kami lebih suka jika dia bernyanyi tanpa suara. Bukan karena apa sob, jangankan nada tinggi, nada rendah aja dia fales. Kalau kami (anak-anak IX C) berkumpul, Afdal selalu menjadi bulan-bulanan candaan (hinaan) teman-teman yang lain terutama Erlan. Padahal Afdal merupakan teman kami yang paling tinggi dan besar. Pokoknya masa MTs kami, penuh kegilaan deh. Tapi itu dulu.
"Am? kira-kira si afdal pake celana atau sarung yah?"
"pake celanah lah, mungkin celana olahraga"
"oh jadi dia tahu pake celana?" dengan wajah rada kampret tidak percaya
"ya iyalah!"
"oh aku kira di pesantren tidak kenal celana"
Aam hanya tertawa lepas
Aku jadi membayangkan kalau dia keluar dengan sarung dan baju kokonya. Kemudian berkata "celana itu bid'ah". Mungkin dia akan langsung ku ruqyah.
Singkat cerita, Afdal keluar rumah. Dia menggunakan celana olah raga hitam, jaket kaos tebal berwarna hitam dan merah, dan kopiah hijau tua. Serta tidak ketinggalan wajah alim dengan sedikit aksen kampret yang masih tersisa *hehehe. Kemudian kami bertiga siap pergi ke MTsN Tinambung. Aam berboncengan dengan Afdal menggunakan motor Afdal dan aku mengendarai motor ku sendiri. Saat di jalan kulihat spidometer sudah memberikan isyarat bensin akan habis.
"Afdal! singgah di Pertamina yah!"
Untungnya motorku tidak sempat mati di jalan dan berhasil sampai di Pertamina tercinta. Tempat bagi bensin premium beroktan 88 dengan harga 6.500 per liter *kalau enggak salah ingat. Kemudian aku masuk, lalu mengantri. ternyata afdal juga ikutan mengantri. Dan untungnya lagi, saat itu antriannya tidak begitu panjang dan lama. Tapi yang tidak untunya itu... Saat giliranku sampai, kakak-kakak pegawai SPBU tanya "isi berapa dek?" Dengan wajah penuh percaya diri aku menjawab "10 ribu" Lalu aku mengambil uang dari saku celana. AN-YING! Ternyara uangku hanya 7000. "kak, 7000 deh, uangku enggak cukup" *tepuk jidat, malu-maluin aja lu rus.
Kemudian aku selesai mengisi bensin. aku tutup bagasi motor *ya iyalah somplak. Terus aku merasa ada yang janggal. Sepertinya aku lupa menutup tangki bahan bakar. Saat aku buka kembali ternyata benar dugaanku!. Aku sempat kebingungnan. Begitu pula seorang bapak yang berada di belakangku. Mungkin dia kasihan melihat anak muda yang mirip Aliando di depannya ini kebingungan *PD banget lo rus?!.
"dek, penutupnya mana?"
"aku juga tidak tahu pak. tadi sepertinya di sini" balasku sambil memeriksa bagasi
Sepuluh detik kemudian aku tersadar. Ada sesuatu yang aneh dengan kantong jaketku.
"Anjing! Kutu kumpret! Bangsat! Ternyata penutup tangkinya ada di kantongku"
Huf... Kemudian kami bertiga melanjutkan perjalanan dengan wajah riang gembira.
Aku jadi ingat, masa-masa MTs dulu. Saat itu aku, Aam dan Afdal pulang malam, setelah ngerjain tugas kelompok di rumah Fiqri, salah satu teman kami. Atau lebih tepatnya, belajar (20%), ngobrol (50%) dan ngabisin isi kulkas (30%) *hehehe itulah gunaya teman. Saat itu kami bertiga pulang menggunakan motor Jupiter MX milik Afdal.
SKEFO: Afdal juga merupakan mekanik yang rada kurang waras dan senang bereksperimen. Buktinya, dia mengganti slot kunci motornya menjadi slot FD. Walhasil, motornya baru bisa jalan, jika dicolok dengan FD khusus sudah dia modifikasi.
Kami tentunya tidak malu berboncengan tiga orang. Sebab saat itu istilah cabe-cabean dan terong-terongan belum marak seperti sekarang. Saat di sekitar desa Lamasariang, Afda menantang Aam untuk berteriak di depan rumah Lutfiah.
SKEFO: Lutfiah merupakan salah satu cewek tercantik di MTs ku. Kami sering menjulukinya "si nomor satu" sebab dia dapat menaklukkan hati kakak ketua OSIS (si nomor satu). Dia berperawakan bak seorang model. Dengan tinggi sekitar 165 cm, berkulit eksotis, dan mata bulat seperti artis korea yang udah oplas. Tapi kami sama sekali tak tertarik, sebab alasan yang kalian tidak perlu tahu. Yang pastinya bukan karena kami bertiga ini MAHO yah!
Mendengar tantangan itu Aam langsung mengiyakan. *Dia benar-benar gila, padahal saat itu sudah sekitar jam 11 malam. Saat tepat di depan rumah Lutfiah, Aam langsung berteriak "SELAMAT MALAM ESSE (panggilan akrab kami pada Lutfiah), TIDUR YANG NYEYAK YAH!!". Yah tentu saja, setelah itu Afdal langsung memacu kuda besinya sekencang mugkin. Keesokan harinya, di dalam suasana kelas yang sedang tidak ada guru. Lutfiah memarahi kami bertiga. "kalau kalian naksir sama aku, enggak usah mengemis-ngemis kaya tadi malam donk!!". Sebagai teman yang baik, aku dan Afdal menyalahkan semuanya pada Aam *teman yang baik ENDAS MU! Kemudian Lutfiah pergi, dan yang kami pikirkan itu "Wah tuh cewek kegeeran"
Itulah sebutir kisah kegilaan kami bersama Afdal. Meski dia berubah, menjadi lebih alim bahkan menjadi Power rangers sekalipun. Dan meski kami juga berubah, entah berubah menjadi apa. Tapi satu yang tidak berubah, yaitu persahabatan yang menyatukan kami
*hu... hu... hu... gw jadi baper deh cry cry cry
Komentar
Posting Komentar