Trio Cendol

Ada sebuah warung kecil di depan sekolahku. Bentuknya sedehana dan yang dijual juga tidak ada yang spesial, paling-paling makanan ringan, biskuit, kue-kue biasa, bakwan dan cendol. Tempat itu palingan hanya dikunjungi oleh tukang becak dan anak-anak Madrasyah Ibtidaiyah di samping sekolah ku. Jika dibandingkan warung bakso dan warung yang sekaligus tempat foto copy di sampingnya, warung itu benar-benar kalah saing. Tapi aku *makhluk paling unyu satu sekolah*, Irsyad *cowok sok keren* dan Sabri *otaku akut stadium akhir* selalu makan disana. Alasan kami betah disana, karena tempatnya tidak sempit, makanannya murah meriah, dan meski dipinggir jalan tapi tidak banyak kendaraan dan debu yang lalu lalang. Selama setahun terakhir warung cendol itu tidak pernah berubah *selalu sepi pengunjung* hingga beberapa hari yang lalu (Rabu, 27 July 2016)

Saat mata pelajaran mati-mati-ka (matematika) usai
"Eh! ayo makan cendol!" tegur Sabri saat aku dan Irsyad sedang belajar photoshop
"Ayo" jawab kami sigap
Kebetulan perut kami sudah sangat keroncongan dan kepala kami sudah mumet-mumet karena kelas matematika tadi.

SKEFO => Mata pelajaran matematika berjumlah delapan jam seminggu. Lalu kampertnya, mata pelajaran itu bertubi-tubi menghantam kepala kami *terutama gw, makhluk paling unyu di sekolah* dari hari senin hingga rabu. Actualy, aku suka matematika dan ingin pintar di ilmu ini. Tapi enggak gini juga donk caranya! Seakan menuang air ke dalam ember, kalau kebanyakan bakalan tumpah dan sedikit aja yang tertinggal. Namun karena aku ini masih siswa, aku terima apa ada saja *lagu dmasiv | sukuri(n) apa adanya*

"Hey, kemana?" sapa seorang teman perempuan di depan pintu kelas.
"Makan cendol!" balasku
"Hm... Dasar trio cendol"
*biarin, yang penting bukan trio macan :V*

Kami berjalan seperti biasa ke warung candol ini. Aku dan Sabri berjalan duluan. sedangkan Irsyad berjalan sedikit jauh dibelakang kami *mungkin dia pengen kelihatan keren sendiri kali yah*. Lucunya saat kami bertiga berjalan melewati warung yang sekaligus tempat foto copy, temen-teman cewek meneriaki Irsyad "sersan sodeo!" berulang-ulang sambil melambaikan tangan. Trus dengan gaya sok keren dia melirik halus ke arah mereka, Berjalan tegap bagai polisi, Kemudian memberi hormat dua jari. Eh mereka malah berteriak "Irsyad!"
*sumpah gw juga mau disorakin. Tapi mungkin kalau makhluk terunyu satu sekolahan ini disorakin, palingan disorakin maling kali yah.

"Hey, kau mau pesan nasi?" kata Sabri pada ku sambil melangkah masuk ke dalam warung

SKEFO => Sejak tahun ajaran baru dimulai, warung ini mulai berbenah. Semula hanya menjual makanan kecil, bakwan dan cendol, serta hanya berupa warung kecil di pinggir jalan. Tapi sekarang mereka juga mulai menggunakan bagian rumah yang lain untuk menjual nasi.

"Iya, bagaimana dengan mu Irsyad?" kata ku
"Iya boleh juga" jawab Irsyad

Kami bertiga lalu makan nasi dengan begitu biadab dan beringas *otak kami butuh asupan energi yang cukup*. Tapi kebuasan irsyad berubah saat....

"Hey, makan disini yuk!" seru Vera pada teman-teman yang lain
*ternyata mereka mengikuti kami
Lalu gerombolan cewek2 MIA 1 menyerbu warung yang sunyi ini *the scilent caffetaria*

Aku dan sabri masih makan dengan keberingasan kami.
Tapi Irsyad mulai mengunyah perlahan makanannya. *so cool (-_-)"
Aku bahkan tidak mendengar jika dia sedang mengunyah kerupuk. *so cool! (-_-)"
Menyendok sedikit demi sedikit nasi dari piringnya. *so cool!! (-_-)"
Memperbaiki posisi duduknya. *so cool!!! (-_-)"
Kemudian memasang tampang acung namun sesekali tersenyum kecil. *so cool! tapi lama2 gw suapin cangkul nih anak :-@!!!
*dalam pikiran ku "dia sebenarnya sangat kelaparan." menggengkan kepala "hm.. hm... ternyata jadi cowok cool itu benar2 ribet".

SKEFO => kalau kami makan di warung cendol ini, apa pun yang kami makan di sini pasti diakhiri dengan hidangan penutup yaitu cendol.
menariknya, harga cendol sini benar-benar murah untuk ukuran kota majene. 
ada dua harga untuk cendol disini Rp. 1000 (seukuran gelas kecil) dan Rp. 2000 (seukuran mangkok bakso).

lalu, kami bertiga duduk bersama sambil makan cendol.
"Dasar cowok sok cool" sindir ku pada Irsyad
"Iya, pake makan pelan2 segala" kata Sabri membantu ku
"Eh aku biasa pukul orang loh" kode keras Irsyad pada kami

Beberapa hari kemudian, mulai banyak teman kami yang datang kesana.

"Coba lihat warung kecil itu" kata sabri
"Warung cendol itu?" kata ku sambil menunjuk
"Iya, dulunya hanya kita bertiga disana. Trus coba lihat sekarang..."
"Iya, sekarang banyak teman dari kelas kita bahkan kelas lain yang ke sana. the scilent caffetaria enggak lagi scilent."
"Wis kita trio cendol yang membawa berkah!" kata Sabri kegirangan
aku hanya tertawa kecil saat itu.

*ngomong serius
dari warung cendol itu aku belajar sedikit hal tentang bisnis.

  1. Membangun bisnis itu seperti membangun hubungan dengan seseorang. Tidak apa2 jika awalnya tidak pasti bahkan terseok-seok, yang penting pengusaha tersebut mementingkan pelayanannya.
  2. Selalu optimis, tidak apa-apa hari ini hanya ada tiga orang pelanggan. karena tidak ada yang pastikan besok masih tetap tiga.
  3. Selalu perbaiki diri untuk meningkatkan pelayanan agar tidak kalah dalam persaingan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

baca bongi di tamangalle

Task two: organizing your writing (Coherent and Cohesion)

Full Day School Indonesia VS Luar Negeri